Kamis, 18 April 2013

makalah sejarah pendidikan Agama islam

| April 18, 2013 |

MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA AWALNYA MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


Oleh :
ROZIKAN
NIM :10.61.0018

 









FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS DARUL ULUM ISLAMIC CENTER SUDIRMAN GUPPI
UNDARIS
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengharap puji syukur kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dan mudah-mudahan Allah Swt melindungi dari kesalahan diri kita dan dari keburukan amal kita. Serta  Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada pahlawan revolusioner dunia, Putra Abdullah, Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus.
Berkat rahmat dan Hidayah-Nya serta Inayah-Nya pulalah, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini, sebagai tugas dari dosen pengampu, pada mata pelajaran Sejarah Pendidikan Islam. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.                           Ahmad Hanik, S.Ag, M.Pd selaku dosen pengampu mata pelajaran ini.
2.                           Orang tua yang selalu memberikan dukungan serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah sederhana ini masih jauh dari katasempurna, mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu tegur sapa, kritik saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah berikutnya.
Semoga Allah SWT. Memberikan ridhonya dan kami berharap makalah ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dan bahan diskusi yang bermanfaat bagi kami semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ungaran,10  Oktober 2012
  Penulis         

DAFTAR ISI

BAB II : PEMBAHASAN.. 6












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Pada awal masuknya islam di indonesia islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejaran pengembangan islam di indonesia, dan juga merupakan halyang tidak jelas [[1]]. ketidak jelasan ini, antara lain, terletak pada pernyataan kapan islam datang, dari mana islam berasal, siapa yang menyebarkan islam di indonesia pertama kali, dan sebagainya [[2]]. beberapa hal tersebut sampai sekarang masih menjadi polemik para ahli sejarah, karena memang hal ini tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang, data yang ditemukan, dan interpretasi terhadap data peneliti itu sendiri. Selain itu,juga di sebabkan oleh kurangnya data yang dapat mendukung suatu teori tertentu dan oleh sepihak dari teori yang ada[[3]]. ini sebagian besar merupakan akibat sikap ulama indonesia seperti yang disinyalir oleh bung karno, yang kurang, dan bahkan tidak, memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah. kesulitan untuk menentukan kapan masuknya agama islam ke nusantara juga di sebabkan oleh geografis dan luas wilayah indonesia.
            Akan tetapi, kehadiran islam di tengah-tengah masyarakat indonesia, bukan saja sebagai sitem keagamaan semata, tetapi sekaligus ketentuan alternatif yang cukup untuk di perhitungkan. Islam merupakan daya dobrak bagi pengikutnya untuk menghancurkan tatanan sosial yang timpang. Islam juga merupakan kekuatan dalam membebaskan bangsa dari kolonialisme. Kenyataan tersebut bukan merupakan sesuatu yang asing bagi islam. Sejak awal kelahirannya, islam telah membuktikan dirinya sebagai kekuatan Alternatif yang mampu mengubah setiap bentuk tatanan kehidupan yang tidak sesuai dengan harkat kemanusiaan dan diktum-diktum universal[[4]].

            Setelah indonesia merdeka persoalan pendidikan mulai mendapat perhatian serius. Kurikulum 1975 tercipta setelah melalui perjuangan pihak pengembang madrasah, untuk berusaha menyamakan setatus dan derajat pendidikan yang dikelola  oleh Departemen Agama dengan status derajat yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan[[5]]. Berkenaan dengan perguruan tinggi islam, kaum muslimin di indonesia sejak awal sudah berpikir untuk membangunnya. Mahmud yunus membuka islamic college pertama tanggal 9 Desember 1940 dipadang yang terdiri dari fakultas syari’ah dan fakultas pendidikan dan bahasa arab. Tujuannya adalah untuk mendidik ulama [[6]]

B.     Rumasan Masalah
1.      Bagaimana Pendidikan Islam Pada Awal Masuknya Islam di Indonesia?
2.      Bagaimana Pendidikan Islam Berkembang di Indonesia?
3.      Bagaimana Tahapan pendidikan Islam di saat awal masuknya islam di Indonesa

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pendidikan Islam pada awal masuknya islam di Indonesia
2.    Untuk mengetahui sistem pendidikan Islam di Indonesia
3.     Untuk mengetahui tahapan masuknya pendidikan islam di Indonesia
4.     Pendidikan Islam  masa depan



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kedatangan Islam Di Indonesia
     
                  Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan indonesia di kenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas.sejak awal abad masehi sudah ada rute pelayaran dan di daratan asia tenggara[7]. Wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara cina dan india. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari maluku, dipasarkan di jawa dan sumatra untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di sumatra dan jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing,seperti lamuri (Aceh), barus dan palembang di sumatra, (sunda kelapa dan gresik di jawa)[8].
            Pedagang-pedagang muslim asal Arab, persia, dan india juga ada yang sampai ke kepulauan indonesia untuk berdagang sejak abad ke- 7 M (abad 1 H), ketika islam pertama kali berkembang di timur tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukan portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok nusantara dibawa ke cina dan india, terutama gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan malaka pada waktu itu. Dengan demikian, malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke barat lagi dari gujarat, perjalanan laut melintas laut arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju teluk oman, melalui selat ormuz, ke teluk persia. Jalan ke dua melalui teluk aden dan laut merah, dan dari kota suez jalan perdagangan harus melalui jalan daratan ke kairo dan iskandariah. Melaui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal arab, persia, dan india mondar mandir ke barat dan timur dan terus ke cina menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya [9].
            Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri di asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan islam di bawah bani umayyah di bagian barat dan kerajaan cina zaman dinasti tang di asia bagian timur serta kerajaan sriwijaya diasia tenggara. Akan tetapi, menurut taufi Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi indonesia di tempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang muslim itu beragama islam. Adanya kolonial itu, diduga sejauh yang paling bisa di pertanggung jawabkan, ialah para pedagang arab tersebut, hanya berdiam untuk menunggu muslim yang baik bagi pelayaran [10].
            Baru pada zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk islam, bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di samudra pasai, perlak, dan palembang di sumatera. Di jawa, makam fatimah binti maimun di leran gresik yang berangka tahun 475 H ( 1082 M ), dan makam-makam islam ditrayala yang berasal dari abad ke- 13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas islam, termasuk di pusat kekuasaan hindu – jawa ketika itu, majapahit[11].
            Masuknya ajaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pendidikan, dimana dalam mengajarkan agama Islam ketika itu masih memakai metode dakwah,yaitu seperti ceramah dan dialog interaktif. Agama Islam sebagai agama perdamaian sangat mudah diterima oleh Masyarakat Indonesia hal tersebut terbukti dengan mudah agama ajaran Islam berterima di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam proses pembentukan dan pengembangan masyarakat Islam yang juga melalui kontak, misalnya kontak jual beli, perkawinan dan keadaan tersebut berlangsung secara individual dan kolektif[12].
           
B. Jalur Dan Cara Islamisasi Di Indonesia
            Menurut uka tjandrasasmita, saluran atau jalur islamisasi yang berkembang ada enam [13], yaitu :

1.      Jalur perdagangan
Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak orang muslim itu menjadi orang jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat, pengusa-penguasa jawa yang, yang menjabat sebagai bupati-bupati majapahit yang di tempatkan dipesisir utara jawa banyak yang masuk islam, bukan hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi perdagangan-perdagangan muslim. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.      Jalur perkawinan
Dari sudut ekonomi pedagang muslim memiliki setatus ekonomi yang lebih baik, sehingga banyak puteri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah merekan memiliki keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akibatnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antar saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati, atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
3.      Jalur tasawuf
Pengajaran tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia. Dengan tasawuf bentuk islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi memiliki persamaan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan di terima.
4.      Jalur pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melaui jalur pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di ampel denta surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang diundang kemaluku untuk mengajarkan islam.
5.      Jalur kesenian
Kesenian yang paling dikenal adalah wayang. Dikatakan, sunan kali jaga adalah tokoh yang mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucap kalimat syahadat. Kesenian –kesenian lain juga di jadikan sebagai islamisasi seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir.
6.      Jalur politik
Dimaluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu.demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non islam. Kemenangankerajaan islamsecara politis menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.

C. Pembentukan Dan Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
a.         Ngoon Ngaji’dan Pesantren
Dalam arti luas, tradisi pendidikan islam muncul seirama dengan proses islamisasi itu sendiri.bahkan. pendidikan mempunyai prana penting dalam transmisi pengetahuan agama dalam maz yarakat luas,pada awal abat-19,di indonesia belum mengenal sistem pendidikan moderen atau pendidikan model belanda.sistem pendidikan islam di indonesiamasih bersifat ttradisional ,sebelumabad ke duapuluh tersebut,indonesia hanya mengenal satu jenis pendidikan saja dari apa yang di sebut dengan’’dengan lembaga pengajaran asli’’,yaitu sekolah-sekolah agama islam dengan ber bagai bentukya [masjid,langar,surat,pesanteen],[14]
Sistem pendidikan ini menitikberatkan pada pendidikan membaca al-quran, pelak sanaan shalat ,dan plajaran tentang kewajiaban-kewajiban pokok agama. Sejalan dengan proses penyebaran islam di indonesia, pendidikan islam mulai tumbuh, meskipun masih bersifat individualis.[15]
Kemudian, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga masjid, surau, dan langgar, mulailah secara bertahap berlangsung pengajian umum mengenai tulis baca Al Quran dan wawasan keagamaan.[16] Pendidikan ini selain disebutkan di atas, berlangsung di rumah imam masjid atau anggota masyarakat islam yang shaleh lainnya.
Di Jawa, secara tradisional, sekolah- sekolah Al Quran atau pengajian Al quran tidak memiliki sebutan atau disebut secara jelas. Orang jawa menyebutnya Ngon ngaji, yang berarti tempat murid-murid belajar membaca Al Quran tahap permulaan. Sedangkan kegiatan murid-murid yang mengikuti pelajaran Al Quran ini disebut ngaji Qur’an.[17]
b.         Madrasah
kebangkitan madrasah menandai munculnya lembaga pendidikan formal islam. Madrasah merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan khan sebagai tempat tinggal mahasiswa.[18] Yang kemudian menjadi fenomena baru dalam lembaga pendidikan islam. Madrasah menjadi urutan ketiga dari satu garis perkembangan pendidikan: masjid, kemasjid-khan, kemudian ke madrasah.[19] Menurut Makdisi, masjid-khan yang kemudian tumbuh menjadi atau menjadi model pembangunan madrasah adalah masjid-khan dimana fiqh menjadi bidang study utama madrasah. Azyumardi Azra menyatakan bahwa sepanjang sejarah islam, madrasah dijadikan tempat mengajarkan al-‘ulum al-islamiyah atau tepatnya al-‘ulum al-diniyah ilmu-ilmu agama, dengan penekanan khusus pada bidang fiqh, tafsir, dan hadits. Sementara itu, ilmu-ilmu non agama atau keduniawian (profan), khususnya ilmu-ilmu alam dan eksata yang merupakan akar perkembangan sains dan teknologi sejak awal perkembangan madrasah sudah berada posisi marginal.[20]
c.         Pendidikan Non Formal: Kasus Majlis Taklim
majlis taklim, sebagai salah satu bentuk pendidikan islam yang bersifat non formal, tampak mempunyai kekhasan tersendiri. Lembaga ini mempunyai daya tarik yang luar biasa besar. Ini dapat dilihat dari segi jumlah lembaga yang ada maupun jamaah. Umumnya, tidak terikat pada salah satu organisasi atau paham keagamaan tertentu. Dengan kata lain, sekterianisme keagamaan menjadi pudar dalam majlis taklim. Lembaga ini menyerupai kumpulan-kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami islam disela-sela kesibukan kerja dan bentuk-bentuk aktivitas lainnya, atau sebagai bentuk pengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga.[21]
d.         Perguruan Tinggi Agama Islam
kiranya perlu dijelaskan disini bahwa pada empat puluh tahun pertama abad XX (1901-1941), telah banyak lembaga pendidikan islam di tingkat dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia. Namun, dalam periode ini, lembaga-lembaga pendidikan islam di Islam tersebut pada umumnya masih bersifat eksperimental. Selain itu, nuansa sektarian sangat menonjol dalam lembaga-lembaga pendidikan islam tersebut yang kurang menunjukan ukhuwah islamiyah.

D. Sistem Dan Isi Pendidikan Islam Di Indonesia
            Pada awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan secara informal. Sistem pendidikan islam informal ini, terutama yang berjalan dalam lingkungan keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya. Mereka dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan didahului membaca basmallah. Mereka dilatih membaca Al Quran, melakukan shalat dengan berjamaah, berpuasa dibulan ramadhan, dan lain-lain.
Usaha pendidikan agama dimasyarakat, yang kelak dikenal dengan pendidikan non formal,ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan islam dan memberi motivasi yang kuat bagi umat islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna.

E.             Pendidikan Islam Masa Depan
Prospek pendidikan Islam pada masa mendatang, harus pula dikaji dan diteropong melalui lensa realitas pendidikan islam di Indonesia yang ada pada hari ini. Melihat kendala yang dihadapi oleh pendidikan nasional, minimal telah terpantul sinar yang juga menggambarkan tentang kondisi pendidikan Islam di Indonesia pada masa kini. Adapun kendala tersebut berupa:
a. Kurikulum yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk pelajaran umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam.
b. Kurang berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran professional, kurang inofatif, kurang berperan dalam pengembangan pendidikan, kurang terpantau.
c. Belum adanya sentralisasi dan disentralisasi.
d. Dualisme pengelolaan pendidikan yaitu antara Depag dan Depdikbud.
e. Sisa-sisa pendidikan penjajahan yang masih ditiru seperti penjurusan dan pemberian gelar.
f. Kendali yang terlalu ketat pada pendidikan tinggi.
g. Minimnya persamaan hak dengan pendidikan umum
h. Minimnya peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas.
Beberapa strategi yang perlu dicanangkan untuk memprediksi pendidikan Islam masa depan adalah sebagai berikut.
1. Strategi sosial politik
Menekankan diperlukannya merinci butir-butir pokok formalisasi ajaran Islam di lembaga-lembaga negara melalui upaya legal formalitas yang terus menerus oleh gerakan Islam terutama melalui sebuah partai secara eklusif khusus bagi umat Islam termasuk kontrol terhadap aparatur pemerintah. Umat Islam sendiri harus mendidik dengan moralitas Islam yang benar dan menjalankan kehidupan islami baik secara individu maupun masyarakat.
2. Strategi Kultural
Dirancang untuk kematangan kepribadian kaum muslimin dengan memperluas cakrawala pemikiran, cakupan komitmen dan kesadaran mereka tentang kompleksnya lingkungan manusia.
3. Strategi Sosio cultural
Diperlukan upaya untuk mengembangkan kerangka kemasyarakatan yang menggunakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pendidikan islam pada waktu pertama kali masuknya islam ke indonesia yaitu tatkala para saudagar islam yang berdagang di Indonesia dengan membawa agamanya yaitu islam kemudian di tularkan kepada penduduk pribumi atau warga indonesia, dengan proses islamisasi melewati berbagai jalur pengislman yang terbagi dalam 6 Jalur :
1.      Jalur perdagangan
2.      Jalur perkawinan
3.      Jalur tasawuf
4.      Jalur pendidikan
5.      Jalur kesenian
6.      Jalur politik

Kemudian setelah itu pendidikan di indonesia mengalami pembentukan dan perkembangan melalui 4 faktor pendukung :
1.      Nggon ngaji dan pesantren
2.      Madrasah
3.      Majlis taklim
4.      Perguruan tinggi islam

Dalam Islam,  tujuan pendidikan yang dikembangkannya adalah mendidik personal dan  masyarakat untuk mengimplementasikan akhlaq yang mulia, oleh karenanya pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan Islam tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yatim badri.2007. Sejarah peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.
Dra. Zuhairini dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi aksara. Jakarta 133220
Mahmud Yunus, Prof Dr. H.1992.sejarah pendidikan islam indonesia. Jakarta: mutiara sumber widya.







[1] . M.C Ricklefs, sejarah islam moderen. Terj. Dharmono hardjowidjono ( yogyakarta : gadjah mana university press, 1990) hlm.3
[2] . bandingkan dengan mitsuo nakamura, ( yogyakarta : gadjah mana university press, 1990) hlm.1-2
[3] . Azyumardi Azra. Jaringan ulama : timur tengah dan kepulauan nusantara abad XVII dan XVIII ( bandung : mizan, 1999), hlm 24
[4] . Fachry hasan mu’arif ambary, “makam-makam kesultanan dan para wali penyebar islam di pulau jawa”,dalam aspects of indonesian archeology, no.12 ( jakarta : pusat penelitian archeologi nasional, 1991), hlm 1
[5] . ibid., hlm. 595
[6] . badri yatim, op. Cit, hlm312.
[7] . Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Totosusanto (Ed). Sejarah Nasional Indonesia II. ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm. 2.
[8] . Taufik Abdullah (Ed), Sejarah Umat Islam Indonesia,(Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991),Hlm.34
[9] .   Uka Tjandrasasmita (Ed), Sejarah Nasional Indonesia Iii, (Jakarta: Pn Balai Pustaka, 1984), Hlm.122
[10] . Taufik Abdullah, op.cit., hlm.35.
[11] . ibid., hlm.38
[12] . Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah dan       Perkembangan.ed.1.cet.3.(Jakarta:Raja Grafindo Persada 1999),h.20
[13] . Uka Tjandrasasmita (ed). Sejarah Nasional Indonesia Iii.(Jakarta: Pn Balai Pustaka, 1984), hlm.188-195
[14]. Uraian tentang lembaga ini diambil sebagai dori Nor Huda ,’’nggon Ngaji;Bentuk Awal Pendidikan Dasar Al-Alquran Dijawa’’ dalam Toto Soeharto ,Munir,Dan Nor Huda  [ed.], Reranstruri dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam (yokyakarta: Global Pustaka Utama Dan Corpus, 2005) Hlm ,47-70,
[15]. I.J.Brugmas,’’Politik Pengajaran’’,dalam H.Bouder Dan I.J.Brukmas[eds,], “politik pengajaran”, dalam H. Bauder dan I.J. Brugmans (eds.), politik dan etis dan revolusi kemerdekaan (Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 176.
[16] . Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam  di Indonesia  (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm.6
[17]. Zamakhsyari Dhofier, “ Sekolah Al Quran Dan Pendidikan Al Quran Di Indonesia”. Hlm 88
[18]. Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam: Kajian Atas Lembaga-Lembaga Pendidikan (Bandung: Mizan, 1994), hlm.45.
[19]. George Makdisi, The Rise Of College: Institution Of Learning In Islam And The West (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1981), hlm.27
[20]. Azyumari Azra, Pendidikan Islam, hlm. Vii-viii
[21]. Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam Di Indonesia, hlm.157
Back to Top